Laman

Sabtu, 06 April 2013

Karir VS Anak

Sudah 2 tahun berlalu sejak aku meninggalkan pekerjaanku yang sangat kusuka. Aku dulunya adalah seorang programmer untuk perusahaan IT Consultant. Aku menangani bagian Customer Support, yang lebih tepatnya secara langsung berhubungan dengan complaint dan permintaan dari customer. Aku bekerja di tempat itu selama 4 tahun. Sejak aku masih lajang sampai anakku berumur 9 bulan.

Semenjak anakku  lahir, dia lebih sering dijaga oleh mamaku dan pengasuhnya. Aku berangkat ke kantor sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam. Aku hanya akan melihat anakku untuk waktu yang singkat. Mamaku akhirnya harus berangkat ke luar Jakarta karena papaku mendapat pekerjaan disana. Pada saat yang bersamaan pengasuh anakku minta ijin untuk pulang kampung. Wah,, Tebak yang selanjutnya terjadi? Yah aku akhirnya berhenti dari pekerjaanku dan menjaga anakku yang lucu.

Setiap hari aku melakukan pekerjaan rumah tangga yang rumit dan melelahkan. Dalam 2 minggu pertama membuat rambut dan isi kepalaku menjadi keriting. Apa yang harus kulakukan terlebih dulu? Kenapa anakku cepat sekali bangunnya? Kenapa anakku rewel? Kenapa sayuran ini lama sekali dipotongnya? Kenapa gas harus habis sekarang, dan bagaimana aku menggantinya? Kenapa anakku harus makan makanan yang berbeda dari kami? Kenapa pekerjaanku tidak ada habisnya?   AAARRRRRGGGHHHHHHH   :(

Setelah 6 bulan aku bersama dengan anakku, dan mengajarnya berjalan, aku mulai mencari pekerjaan yang bisa kulakukan setidaknya aku bisa cepat sampai di rumah. Aku mengajar BIMBEL dan akhirnya aku menjadi guru pre-school. Anakku diasuh tetanggaku selama aku bekerja.

Minggu kemarin, ada telepon yang tidak terduga datang. Yang meneleponku adalah mantan managerku di pekerjaan yang lama. Dia menawarkan pekerjaan kepadaku di perusahaannya yang baru. Jantungku mau lompat ke luar saking senangnya. Aku seperti diberikan kesempatan sekali lagi untuk kembali ke pekerjaan yang sangat kusuka. Memang ada konsekuensi tidak pulang ke rumah kalau system baru dijalankan untuk pertama kalinya.

Aku berdiskusi dengan suamiku. Dia memintaku berpikir kembali dan kembali berpikir. Mungkin aku bisa berangkat tidak terlalu pagi, tetapi dengan kemacetan kota Jakarta akan membawaku pulang bersamaan dengan bulan dan bintang.Bagaimana dengan perkembangan anak kami nantinya? Dengan pekerjaan yang sekarang,  aku bisa meluangkan banyak waktu untuk anakku. Suatu pilihan yang sulit dan tawaran yang menggiurkan. Mungkin tawaran seperti ini tidak akan datang untuk kedua kalinya tetapi anak dan keluargaku tetap adalah segalanya untukku. Bola kristal yang akan selalu kujaga seumur hidupku. Bola karet (pekerjaan) itu sudah kulempar dengan harapan akan mantul kembali suatu saat. Hehehe.    :"D