Laman

Selasa, 21 Februari 2012

Indahkah akhir hidupku?

Di saat aku berumur 10 tahun, aku berpikir alangkah enaknya jika sudah berumur 17 tahun bisa dianggap dewasa untuk melakukan segala sesuatu, tidak dianggap sebagai anak kecil yang hanya bisa menyusahkan orang tua saja.

Ketika aku berumur 17, aku berpikir alangkah enaknya jika aku berumur 22 tahun, bisa bekerja berpenghasilan dan membeli apapun dengan uangku sendiri. Dengan uangku yang terbatas setiap bulannya apa yang bisa kubeli saat ini?

Ketika aku berumur 22 tahun, aku berpikir alangkah enaknya orang yang berumur 30 tahun, memiliki keluarga dan bisa menjadi seorang pemimpin yang disegani oleh anak-anaknya, bukan menjadi seorang pegawai yang bisa dimarah-marahi seenak jidat bos-nya.

Ketika aku berumur 30 tahun, aku berpikir alangkah senangnya orang yang sudag berumur 50 tahun, dengan anak-anak yang sudah beranjak dewasa. Anak-anak yang sudah mencari jalan kehidupannya masing-masing. Bukan seperti aku sekarang yang kerepotan dengan kencing, muntahan dan BAB dari anakku yang sedang belajar bicara.

Jika aku sudah berumur 50 tahun, apakah aku akan berpikir kalau hari tuaku akan menyenangkan? Apakah di umur 70 tahun aku masih bisa bangga dengan cucuku? Apakah menyenangkan dengan hanya duduk di depan rumah dan ditemani si anjing Blacky yang manis? Apakah menyenangkan untuk selalu terduduk dan melamunkan hal-hal dimana aku berumur 10, 17, 22, 30 dan 50 tahun? Ataukah aku masih dengan bangga menceritakan hari-hari hidupku kepada anak cucuku? I hope my days will full with happiness, till the day is end.

Sabtu, 11 Februari 2012

Ayah

Ayah mertuaku sudah terbaring di rumah sakit 2 minggu lebih. Dan suamiku sudah pulang 2 minggu berturut-turut (setiap hari sabtu dan minggu). Suamiku lahir dan dibesarkan di Bandung, sedangkan sekarang keluarga kami tinggal di daerah Jakarta, butuh waktu 3 - 4 jam untuk pulang ke Bandung.

Ayah mertuaku sudah berumur 84 tahun. Yah umur yang cukup untuk menikmati hidup dan menyatakan kebaikan Tuhan di dalam hidupnya. Bulan Desember kemarin dia meminta CD foto kami terakhir kali, karena dia mau mencetak foto close up-nya. (Papa meminta foto sendiri pada saat kami melakukan foto keluarga) Dia merasa kalau hidupnya sudah tidak akan lama lagi. Saat itu papa hanya sering merasa punggungnya gatal dan susah tidur.

Aku tidak sependapat dengan dia (ayah mertuaku). Menurutku hidupnya masih panjang, karena menurutku sakitnya tidak begitu berat, hanya sakit sebagaimana orang tua. Sebelum kepulangan suamiku yang terakhir, aku sempat menyatakan rasa keberatanku, karena menurutku papa akan baik-baik saja (toh dia juga sudah diperkenankan keluar dari ICU, setelah dokter melakukan penyedotan air yang ada di dalam paru-parunya.) Aku menganggap keluarga kami juga penting, adalah hal yang penting buat kami sekeluarga melakukan refreshing setelah 1 minggu beraktifitas. Setelah debat kecil yang kami lakukan, dia juga akhinrya mengiyakan untuk tidak ke Bandung minggu ini. Aku merasakan kepuasan setelah berhasil membujuknya.

Tidak lama kemudian aku berbaring sambil memandangi anakku. Begitu lucu dan imutnya anak sematawayangku ini. Anakku saat ini berumur 1 tahun 7 bulan. Aku mulai berpikir bagaimana nanti kalau dia sudah besar, kalau dia sudah dewasa dan suatu saat nanti dia akan menikah. Dia akan jauh dariku. Tiba-tiba rasa sedih itu datang. Jika dia sudah menikah nanti dia akan hidup jauh dariku, aku pasti akan sangat merindukan kedatangannya setiap minggu. Bagaimana jika nanti dia banyak kerjaan atau keluarga barunya akan menyibukkan dia?  Oh Tuhan, apa yang sedang kulakukan? Aku takut nantinya istri anakku aka menjauhkan dia (anakku) dariku sedangkan sekarang ini aku sedang melakukan hal yang sama kepada suamiku.

Walaupun dia (suamiku) sudah memiliki keluarga kecilnya sendiri, dia juga masih keluarga dari orang tuanya. Walaupun dia adalah papip dari anakku (papip adalah sebutan anak kami untuk papanya), tetapi dia tetap seorang anak bagi papanya. Aku sungguh sangat menyesali keegoisanku. Aku menghampiri suamiku dan mengatakan dia boleh ke Bandung minggu ini. Dia sangat senang dan bertanya kenapa aku berubah pikiran. Aku menjawab karena minggu depannya lagi dia harus menemaniku ke pernikahan temanku.

Setelah sampai di Bandung dia mengirimkan SMS kepadaku mengatakan kalau kondisi papa agak buruk. Dia tidak meneleponku karena papa tidak boleh banyak berbicara dan bertanya. Papa kehillangan banyak oksigen di dalam tubuhnya sehingga kaki dan tangannya menjadi dingin.  Pada saat ada kesempatan dia meneleponku, aku memberikan semangat kepada suamiku walaupun dia terlihat letih, 2 jam kemudian dia meneleponku dan mengatakan papa sudah pergi. Oh My God..   Papa...   Aku bahkan belum sempat bertemu untuk terakhir kalinya. Kenapa semuanya terasa begitu cepat? Kenapa aku selalu merasa kalau papa belum akan meninggal? Penyesalan memang selalu datang terlambat, yang perlu aku pelajari disini adalah untuk semua orang yag kamu cintai harus kamu berikan yang terbaik, seakan-akan ini adalah hari terakhirmu di dunia.

Rest in Peace, My father Thomas Yuta Kuswara









Seulas Senyum 2

A: "Mulutnya ditutup giginya malah keliatan, apakah itu?"
B: "Orang yang giginya  tonggos"
A: "Salah, jawabannya Resleting "


A: "Turunnya lambat, Naiknya cepat"
B: "Orang yang senang naik angkot, jadi malas mau turun lagi"
A: "Salah"
B: "Pencuri turun bawa barang jarahan, jadi agak lama"
A: "Salah"
B: "Apa dong?"
A: "Ingus"
B :"**%&*#(&#@(#*@&"

Kamis, 09 Februari 2012

Dunia Anak-anak yang Unik

Kehidupan berubah total setelah aku berumah tangga dan anakku berumur 7 bulan. Tempat kerja yang jauh dari rumah mengharuskan aku untuk berhenti dari kerjaanku yang sangat aku sukai.

Selama 6 bulan lamanya aku menganggur sambil mencari tempat kerja yang baru. Aku akhirnya mengajar part time di sebuah tempat BimBel. Itu bertahan selama 3 bulan dan aku pindah ke tempat kerjaku yang sekarang. Tempat kerja yang sangat menakjubkan.


Aku adalah seorang guru untuk anak-anak usia dini (PAUD). Aku belajar banyak hal di tempat ini. Bahasa Inggris khususnya grammar dan tenses yang sudah mulai acak-acakan mulai dibenahi sedikit demi sedikit. Ini berfungsi ketika aku menulis jurnal harian atau daily report yang akan dibawa dan dibaca oleh orang tua/ wali dari anak-anak. Aku belajar untuk lebih kreatif karena setiap minggu harus ada Art yang akan dibawa pulang oleh anak-anak. Aku belajar membaca buku cerita dan lagu anak-anak. Yang lebih mengesankan adalah aku belajar menjadi seorang Kuli. Hehehe..

Lho, koq belajar jadi kuli yah? Yah dengan kata lain aku menganggap diriku seorang kuli pengangkut anak-anak. Tipe anak yang moody, seperti gasing (tidak bisa duduk dengan tenang) dan rewel  menjadi makananku sehari-hari. Jika aku sedang menjadi asisten pengajar, itu mengharuskan aku untuk selalu membawa anak-anak untuk kembali duduk manis. Dan seringkali aku harus menggendong mereka untuk kembali duduk di tempatnya. Setelah 1 bulan aku bergabung sebagai staf pengajar disini aku sudah sakit hampir 1 minggu. Aku mengalami influenza, demam, pegal-pegal dan batuk secara bergantian. Penyakitku disebabkan karena ditularkan dari anak-anak. Anak-anak yang datang pasti selalu ada yang flu.  Aku mulai menyiasatinya dengan makan yang banyak, minum vitamin dan dibawa santai.

Sampai saat ini pun aku masih terus belajar untuk bagaimana menangani anak-anak yang unik-unik ini. Beberapa dari mereka sangat menonjol dalam hal berlari, memukul atau menangis. Beberapa dari siswa masih ditemani pendamping (mama atau mbak) dan tidak mau berusaha untuk membuat jarak dengan pedampingnya. Mungkin seiring berjalan waktu hal itu akan berubah.

Anak yang suka berlari akan  mendapat Time Out dan duduk di pojok kelas. Anak yang suka ikut-ikutan berlari tetapi bisa dinasehati akan takut jika akan dihukum, sehingga mereka hanya perlu untuk diingatkan. Yang susah adalah memberikan hukuman atau peringatan kepada anak yang tidak mengerti jika dia sedang dihukum. Ada beberapa anak yang seperti itu. Dalam pengerjaan sehari-hari (aktivitas kelas seperti mewarnai dan menempel) tidak fokus pada pengerjaannya. Terkadang apabila kemauannya tidak dituruti, tidak jarang memukul atau menendang orang di sekitarnya. Dari survey yang ada kemungkinan hal itu dilakukan untuk mendapat perhatian dari seseorang (hal itu mudah terjadi pada anak yang sudah memiliki adik di usia 1-2 tahun, atau kurangnya perhatian dari orang tua).

Masih banyak lagi yang aku teliti dan perhatikan. Yang pasti aku belajar bersabar dalam mengurus anakku. Masakkan anak orang aku jaga dengan penuh kesabaran sedangkan anakku tidak? Aku belajar banyak untuk bisa diajarkan kepada anakku. Tuhan, berikan aku kesabaran dan kekuatan untuk bisa terus menjaga anak-anak yang sudah dititipkan oleh Engkau.

Jumat, 03 Februari 2012

Bersihnya Suster Berseragam Putih

Apakah kalian pernah berpikir kalau rumah sakit itu adalah tempat yag bersih ataukah tempat yang kotor? karena di tempat-tempat tertentu megharuskan orang steril sehingga bebas dari virus.
Tetapi banyak dari pasien mungkin memiliki bakteri dan virus yang berbahaya. Sehingga banyak dari orang yang sehat tidak ingin ke rumah sakit.

Rumah sakit, khususnya ruangan rawat inap dilarang masuk bagi anak berumur 12 tahun ke bawah. Yah alasan yang bisa diterima adalah karena anak-anak belum memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk jenis-jenis virus tertentu.

Apakah kamu pernah masuk ke dalam sebuah ruang isolasi/ ruang bayi yang mengharuskan kamu menggunakan baju putih/ hijau yang katanya baju yang steril?  Aku pernah mengalami hal itu, pada saat menjenguk keluarga dan melihat bayi kecilku yang baru lahir.

Aku menulis hal ini bukan untuk menyalahkan peraturan rumah sakit yang mangharuskan orang yag menjenguk pasien harus steril. Yang mau saya bahas disini adalah apakah orang-orang di dalam rumah sakir itu sendiri steril?  Seharusnya semua orang yang berada di rumah sakit termasuk doker dan suster memakai baju dan peralatan yang steril. Beberapa kali saya melihat suster atau orang yang bekeja di rumah sakit menggunakan baju dinasnya (baju putih) dan berjalan kaki atau menunggu bis. Jika musim hujan datang baju putih yang bersih itu terkena cipratan becek air hujan, Apakah terbayang berapa banyak kuman penyakit yang menempel pada baju yang dia pakai pada saat melakukan tugas mulianya.


Apakah suatu beban yang sangat besar jika kalian memakai baju biasa jika di perjalanan dan menggantinya pada saat di tempat tugas (rumah sakit atau klinik). Ubahlah kebiasaanmu, jika kamu ingin supaya orang-orang yang kau rawat mendapatkan hasil yang terbaik. Lakukanlah kebiasaan bersih dari dirimu hai para dokter dan suster,


Ps: Untuk ayah mertua saya yang sedang sakit semoga tetap semangat dan diberi kekuatan oleh Tuhan YME